Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang
sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya
berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan
pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari Bahasa Sanskerta, singaberi.
B. Sejarah jahe
Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah.
Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat
dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.
C. Pengolahan dan pemasaran jahe
Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak
bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan
secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang jahe
yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak
terlalu tua.
Jahe segar Selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe, juga
dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setelah panen, jahe
dibersihkan dan dijual kepasaran.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran, yaitu:
- Jahe kering
- Awetan jahe
- Jahe bubuk
- Minyak jahe
- Oleoresin jahe
Jahe kering
Merupakan
potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan
tipis (digebing). Jenis ini sangat populer di pasar tradisional.
Awetan jahe
Merupakan
hasil pengolahan tradisional dari jahe segar. Yang paling sering
ditemui di pasaran adalah, tingting jahe (permen jahe), acar, asinan,
sirup, dan jahe instan. Beberapa jenis olahan jahe ini disukai konsumen
dari daerah Asia dan Australia.
Bubuk jahe
Merupakan
hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri,
jahe dikeringkan selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk
yang ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman,
alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering.
Oleoresin jahe
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Warnanya cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
D.Habitat
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan
laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga
3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga
7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe
tidak boleh tergenang.
E.Varietas
Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:
a. Jahe gajah/jahe badak
Merupakan
jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar
gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning
hingga putih.
b. Jahe kuning
Merupakan
jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi
lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan
warna kuning.
c. Jahe merah
Jahe
jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling
pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran
rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar
dibanding jahe biasa.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jahe